Jakarta – Lebih dari 150 pesilat dari lima wilayah DKI Jakarta menampilkan jurus terbaik mereka dalam Festival Pencak Silat Betawi yang digelar di Padepokan Pencak Silat, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Minggu (28/9/2025).
Ajang yang berlangsung dua hari ini diinisiasi Bamus Suku Betawi 1982 pimpinan Zainuddin alias Haji Oding, dan memperebutkan Piala Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung. Peserta berasal dari berbagai kelompok usia, mulai dari pelajar hingga dewasa.
Pelestarian Warisan Budaya Betawi
Ketua Majelis Adat Bamus Suku Betawi 1982, Nachrowi Ramli, menegaskan pentingnya menjaga tradisi Betawi melalui kegiatan budaya. Ia menilai pencak silat sebagai warisan yang terancam tergerus arus modernisasi.
“Dengan kegiatan seperti lomba pantun, tari, kuliner, hingga silat, kami ingin menjaring bibit muda agar prestasi budaya Betawi tetap terjaga, khususnya di tengah kemajuan teknologi,” ujar Nachrowi, yang juga pernah menjabat Kepala Lembaga Sandi Negara RI.
Betawi Harus Jadi Pemimpin
Senada, Ketua Umum PPS Putra Betawi, Babeh Nara, menekankan peran Bamus tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga membentuk sumber daya manusia (SDM) yang unggul.
“Sudah saatnya kaum Betawi memimpin di Jakarta. Karena sehebat apapun alatnya, kalau manusianya tidak pintar, akan sia-sia. Kita butuh SDM yang tangguh menghadapi segala kondisi,” tegasnya.
Ia juga mengenang almarhum Mayjen TNI Edi Nalapraya, tokoh Betawi yang berjasa membawa pencak silat hingga diakui UNESCO. PPS Putra Betawi kini tengah merajut persatuan 300 aliran silat Betawi untuk menyusun jurus baku dan memperluas kolaborasi hingga tingkat internasional.
Dorongan Masuk Kurikulum
Bamus Suku Betawi 1982 juga mendorong pencak silat agar masuk dalam kurikulum pendidikan formal. “IPSI sudah menjaring 200 pesilat yang akan tampil pada 2026. Untuk itu, Pemprov harus hadir membina agar amanat undang-undang tidak diabaikan,” pungkas Babeh Nara.