Pertemuan Prabowo-Megawati di Tengah Isu Ekonomi Global ‘Tanda’ Perpisahan untuk Jokowi?

Megawati dan Prabowo

Jakarta – Pertemuan antara dua negarawan yakni Prabowo Subianto yang merupakan presiden RI dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri menyita perhatian publik. Pasalnya keduanya akhirnya berjumpa setelah beberapa bulan Pilpres 2024 dan dimenangkan oleh Prabowo Subianto.

Meski memang tidak ada informasi yang valid tentang apa yang dibicarakan oleh keduanya, namun banyak pihak tentunya bertanya-tanya apa saja yang dibahas oleh keduanya.

Bacaan Lainnya

Sebagaimana diketahui, dua tokoh nasional ini memiliki sejarah politik, dimana keduanya merupakan pasangan Capres-Cawapres pada 2009 lalu yang akrab disebut Mega-Pro, yakni Megawati dan Prabowo. Meski tidak memnangkan kontestasi politik nasional, namun keduanya memiliki catatan sejarah, bahkan pernah mengikrarkan diri dalam Perjanjian Batu Tulis yang diteken pada 16 Mei 2009 di Jakarta.

Kini, 16 tahun berlalu dan tampaknya keduanya Kembali merajut komunikasi setelah Prabowo memastikan diri menjadi orang nomor satu di Indonesia. Itu artinya Prabowo sebagai panglima tertinggi di negara tidak ada satupun yang bisa melakukan intervensi terhadapnya, terutama di bidang politik.

Pertemuan Prabowo dan Megawati di Tengah Isu Ekonomi Global

Sebagaimana diketahui, pertumbuhan ekononomi global saat ini sedang menunjukkan tren yang sangat beragam. Misalnya saja yang terjadi di negara-negara berkembang pesat dengan sejumlah negara yang masih berjuang untuk memperbaiki kondisi ekonominya masing-masing.

Tentu ada banyak faktor yang terjadi, misalnya saja adanya ketidakseimbangan yang berdampak dan memicu krisis ekonomi. Selain itu adapula factor lain seperti kebijakan moneter yang berbeda, baik fluktuasi Harga komoditas serta ketegangan geopolitik yang berdampak kepada ketidakpastian dimana-mana.

Dimana selain itu juga dalam sepekan isu ekonomi Indonesia dinilai akan terpengaruh dari masalah yang terjadi atas kebijakan presiden AS Donald Trump terkait kebijakan tarif resiprokal yang dikenakan oleh AS kepada Indonesia sebesar 32%.

Jika melihat data dari Macroeconomic Insights Oleh Bank Mandiri, dampak yang bisa dilihat langsung dari ketergantungan Indonesia dengan AS sebagai salah satu pasar ekspor Utama dengan porsi 10% dari total ekspor Indonesia, hal ini tentu akan menyebabkan tekanan yang lebih besar pada kinerja Indonesia.

Namun bukan Prabowo Subianto Namanya jika tidak memiliki strategi kuat, hal ini ia buktikan dengan melakukan devirifikasi pasar usai adanya kebijakan Trump terkait tarif timbal-balik atau resiprokal kepada seluruh mitra dagang AS.

Melakui Menteri Koordinator Ekonomi Airlangga, Prabowo telah mengarahkan Indonesian-European Union Comperhensive Economic Partner Agreement (IEU-CEPA) agar memuat dan melaksanakan 31 isu termasuk transparansi perdagangan.

Mengapa Prabowo Mendatangi Megawati Ketimbang Jokowi Disaat Isu Ekonomi Global Berlangsung?

Sejak kepemimpinan Jokowi dalam 10 tahun, banyak pihak yang menilai bahwa mantan walikota Solo tersebut gagal menjadikan Indonesia sebagai negara yang mandiri di bidang ekonomi. Bahkan, Bright Institute pernah merilis hasil asesmen yang mengevaluasi kebijakan ekonomi selama 10 tahun terakhir dimana pemerintah di era Jokowi gagal di bidang ekonomi dimana kegagalan tersebut berasal dari kebijakan pemerintah sendiri.

Tak hanya itu, Bright Institute juga menilai stidaknya ada 13 alasan ekonomi selama 10 tahun di era Jokowi mengalami kegagalan bahkan memperburuk kondisi negara.

  1. Pertumbuhan PDB melambat.
  2. Struktur produksi merapuh.
  3. Produksi pangan makin tidak mencukupi
  4. Separuh pekerja dalam kondisi rentan.
  5. Transaksi internasional makin.
  6. kondisi keuangan pemerintah selalu dalam kesulitan.
  7. Kondisi investasi dan pelaku usaha tidak stabil.
  8. Industri keuangan belum optimal.
  9. Sumber daya, mineral, dan energi belum optimal.
    10.Kemiskinan dan ketimpangan masih besar.
    11.Dfisit APBN yang terus menerus dan makin besar.
    12.Kebijakan fiskal, terutama pengelolaan utang, bertambah mengkhawatirkan.
    13.Koordinasi moneter dan perbankan yang kurang efektif.

Bahkan menariknya, pertumbuhan di era pemerintahan Jokowi tidak pernah mencapai target RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) yang ditetapkan pemerintah. Dimana jika dibandingkan dengan target RPJMN 2015—2019 dan 2020—2024 yang ditetapkan oleh pemerintah di awal masing-masing periode, realisasi pertumbuhan ekonomi tidak ada yang pernah menyentuh target tersebut. Target pertumbuhan tahun 2024 yang berkisar di 6,2 hingga 6,5 persen, juga bisa dipastikan tidak akan tercapai.

Jelas tampaknya Prabowo lebih mempercayai Megawati ketimbang Jokowi dalam hal menghadapi hantaman isu ekonomi global.

Segudang Masalah di Era Jokowi Ada di Era Prabowo

Dapat kita lihat segudang masalah yang terjadi di era presiden Prabowo, mulai dari kasus timah, Judi Online, Pertamina dan beberapa masalah lainnya merupakan rangkaian yang terjadi di era Jokowi, dan tentu saja banyak pihak yang menilai bahwa rangkaian tersebut merupakan sisa-sisa kesalahan yang dilakukan di era pemerintahan Jokowi.

Tentu, dengan adanya pertemuan antara Prabowo dan Megawati menjadi bukti bahwa Prabowo merupakan seorang ksatria yang betul- betul ingin membangun Indonesia ke arah yang lebih baik. Selain itu, pertemuan ini bisa menjadi momen perbaikan negara serta meminimalis kepentingan asing negara-negara yang selama ini bekerjasama di era pemerintahan Jokowi. (tim redaksi)