Jakarta – Suasana haru menyelimuti Kementerian Keuangan saat Sri Mulyani Indrawati berpamitan dengan jajaran aparatur sipil negara (ASN) usai serah terima jabatan (sertijab) kepada Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudhi Sadewa. Tangis pecah ketika ratusan pegawai Kemenkeu mengiringi langkah kepergian mantan bendahara negara tersebut.
Sri Mulyani yang didampingi suaminya, Tonny Sumartono, berjalan keluar dari Gedung Djuanda I sembari menerima mawar putih dari para pegawai. Beberapa bahkan meminta tanda tangan sebagai kenang-kenangan. Saat itu, pegawai Kemenkeu secara kompak menyanyikan lagu Bahasa Kalbu dan Karena Cinta, membuat Sri Mulyani tak kuasa menahan air mata.
“Semangat Ibu (Sri Mulyani) akan menjadi pelita, menerangi perjalanan kami ke depannya. Terima kasih, ibu!” ucap salah seorang pegawai penuh haru.
Momen semakin emosional ketika Sri Mulyani berhenti di tangga gedung, disambut pidato perpisahan para pegawai, disertai lantunan lagu Bahasa Kalbu yang dipopulerkan Ruth Sahanaya dan Titi DJ. Tangis Sri Mulyani pecah, bahkan ia harus ditenangkan oleh sang suami. Dengan tisu di tangannya, ia beberapa kali menyeka air mata sambil melangkah menuju mobil dinas yang menunggunya.
Dalam pidato perpisahannya, Sri Mulyani meminta jajaran Kemenkeu tetap menjaga amanah mengelola keuangan negara dengan profesionalisme dan integritas.
“Jalankan tugas sesuai amanah, profesional, kompeten dan jaga integritas. Bantu pimpinan baru dan terus laksanakan tugas dengan dedikasi,” pesannya.
Sri Mulyani tercatat sudah mengabdi sebagai Menteri Keuangan selama kurang lebih 13 tahun, pertama kali pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2005–2010), kemudian kembali menjabat di masa Presiden Joko Widodo (2016–2024), hingga dipercaya Presiden Prabowo Subianto pada periode awal pemerintahannya. Masa baktinya resmi berakhir setelah Purbaya Yudhi Sadewa dilantik oleh Presiden Prabowo pada 8 September 2025.
Purbaya sebelumnya menjabat sebagai Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Ia segera mengundurkan diri dari jabatannya setelah diminta Presiden untuk mengisi pos Menteri Keuangan. Namun, beberapa pernyataannya langsung menuai sorotan publik, terutama terkait tanggapannya mengenai tuntutan 17+8 yang belakangan ramai di masyarakat.
“Ini kan saya masih pejabat baru di sini, menterinya juga menteri kagetan. Jadi, kalau ngomong, kalau kata Bu Sri Mulyani gayanya koboi. Waktu di LPS sih enggak ada yang monitor, jadi saya tenang. Ternyata di (Kementerian) Keuangan beda, Bu. Salah ngomong langsung dipelintir sana-sini. Jadi, saya kemarin kalau ada kesalahan, saya mohon maaf, ke depan akan lebih baik lagi,” ujarnya selepas sertijab.
Purbaya sempat menyebut tuntutan 17+8 hanya mewakili sebagian kecil suara rakyat. Namun, ia optimistis jika pertumbuhan ekonomi bisa menembus 6–7 persen, maka keresahan sosial dapat diredam.
Meski diwarnai kritik terhadap pejabat baru, suasana perpisahan Sri Mulyani tetap menjadi momen paling mengharukan. Tangis, tepuk tangan, dan salam perpisahan dari para pegawai mengiringi langkah mantan Menteri Keuangan itu meninggalkan kantor yang selama bertahun-tahun menjadi ruang pengabdiannya.